A. Merancang agenda
pertemuan orang tua
Konferensi guru dan orang tua dari murid diadakan
beberapa kali untuk memberi informasi kepada orang tua mengenai kemajuan
anak-anak.para guru melaporkan bahwa konferensi itu produktif dalam memberikan
pengertian yang dalam tentang anak.orang tua juga percaya bahwa konferensi itu
menguntungkan karena mereka mendapat kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan,mendapat jawaban atas pertanyaan mereka.
Agar konferensi orang tua berjalan dengan lancar maka
guru harus membuat perencanaan, sebelum konferensi anatar guru dan orang tua
dilaksanakan maka guru harus mengirim sebuah agenda kepada orang tua
murid,agenda tersebut berisi daftar waktu,tempat dan masalah masalah yang akan
dibahas oleh guru kepada orang tua murid.dan guru menyiapkan ruang untuk orang
tua menjawab.kemudian telusuri map setiap anak dan buatlah catatan tentang
kemajuannya di taman kanak-kanak.dan guru dan orang tua saling memberi pendapat
tentang anak.Kemudian orang tua dan guru saling berkomunikasi untuk memecahkan
masalah atau isu yang muncul selama konferensi terjadi.
Ada tiga alasan utama melibatkan orangtua peserta
didik dalam pengembangan pendidikan di sekolah. Pertama, melalui
keterlibatan orangtua akan mempunyai pengetahuan lebih banyak mengenai
urusan-urusan sekolah. Kedua, lewat keterlibatan yang dilakukan orangtua
peserta didik, sekolah akan memperoleh gagasan keahlian, yang semuanya akan
membantu sekolah ke arah lebih baik. Ketiga, dengan keterlibatan
orangtua peserta didik akan berada dalam posisi yang jauh lebih baik untuk
mengevaluasi sekolah secara adil dan efektif, (Gorton; 1976:348-349).
Dalam perencanaan pertemuan dengan orang tua
dipaud,kadang kalanya orang tua tidak dapat melakukan pertemuan dipaud,dan
alternatif lainnya dengan melakukan home visit.
Pada hakekatnya kegiatan home visit ini adalah
salah satu usaha menciptakan suasana pendidikan yang kondusif, harmonis antara
pihak sekolah dan orangtua peserta didik. Dengan ada home visit ini,
maka tindakan pendidikan terhadap peserta didik akan memiliki arah yang sama
antara pendidikan yang ada di sekolah dengan kehidupan peserta didik
sehari-hari di rumah. Arah pendidikan yang sama ini akan menjadikan pendidikan
di sekolah selalu terdukung dengan kondisi peserta didik di rumah. Seandainya
pendidikan di sekolah tidak searah dengan kebiasaan kehidupan peserta didik di
rumah, maka pendidikan akan “bertepuk sebelah tangan”. Misalnya di sekolah
diajarkan bagaimana cara berpakain muslimah yang baik ?, akan tetapi setelah
peserta didik pulang ke rumah, apa yang telah di pelajari di sekolah tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada di rumah. Seperti orangtua membelikan baju
putrinya sesuai dengan model masa kini yang dapat dikatakan “you can see”
atau pakaian orangtua peserta didik yang tidak mendukung terhadap apa yang
telah diajarakan di bangku sekolah. Jika pendidikan semacam ini (tidak searah)
terjadi, maka yang akan terjadi adalah ketimpangan dalam dunia pendidikan.
Pada awalnya home visit ini dimaknai hanya
sebatas kunjungan sekolah kepada orangtua peserta didik semata, dalam arti lain
hanya digunakan untuk tujuan silaturrahim seperti pemaknaan kunjungan keluarga
dalam konteks keagamaan. Pada perkembangan selanjutnya home visit bukan
hanya bermakna silaturraim saja akan tetapi lebih dari silaturrahim yaitu
memiliki berbagai tujuan yang tercakup dalam usaha peningkatan mutu sekolah
baik dalam hal peningkatan mutu peserta didiknya dan keterlibatan orangtua
dalam dukungannya terhadap berbagai kegiatan program-program sekolah.
Pemaparan tentang program sekolah yang berupa home
visit di atas maka dapar diketahui ada beberapa tujuan home visit yaitu
untuk:
1.
Meningkatkan
hubungan harmonis antara sekolah dengan orangtua peserta didik.
2.
Memperkenalkan
program-program sekolah kepada orangtua
3.
Menyelesaikan
masalah-masalah peserta didik di sekolah.
4.
Memberdayakan
atau keterlibatan orangtua peserta didik terhadap pengembangan sekolah.
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk
melakukan kunjungan ke rumah peserta didik di antaranya;
1.
Pertama;
sebelum
sekolah melaksanakan kunjungan ke rumah peserta didik hendaklah sekolah melihat
terlebih dahulu dan mengenali siapa orangtua peserta didik yang akan
dikunjungi, dan apa profesi yang dimiliki oleh orangtua peserta didik. Oleh
karena itu, sebelum berkunjung, pihak sekolah terlebih dahulu harus dapat
dipastikan siapa orangtua peserta didik yang akan dikunjungi.
2.
Kedua;Untuk mempermudah tugas
sekolah dalam melaksanakan kegiatan kunjungan maka, pengetahuan tentang data
orangtua ini sangat dibutuhkan. Data tersebut akan sangat bermanfaat dan
membantu kelancaran pertemuan antara pihak sekolah dan orangtua peserta didik.
Permasalahan ini muncul sebab ada beberapa orangtua peserta didik yang sibuk
dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat ditemui di rumah akan tetapi di tempat
lain seperti; di kantor, di ladang, di pabrik, di hotel dan tempat-tempat lain
sesuai dengan bidang profesi mereka masing-masing.
3.
Ketiga; setelah data orangtua peserta
didik dapat diketahui dengan jelas maka, langkah selanjutnya adalah bagaimana
sekolah dapat menghubungi orangtua peserta didik. Di mana, kapan dan jam berapa
pihak sekolah dapat menemui orangtua peserta didik. Oleh karena itu,
pemberitahuan sekolah akan berkunjung ke rumah peserta didik dapat melalui
telpon atau secara lisan kepada peserta didik untuk disampaikan kepada
orangtuanya. Penyampaian ini berfungsi untuk memastikan pertemuan antara pihak
sekolah dengan orangtua peserta didik di rumah.
4.
Keempat; setelah dapat
dipastikan dapat bertemu dengan orangtua peserta didik di rumah maka sekolah
perlu mempersiapkan apasaja bahan pembicaraan yang akan dilakukan di rumah
peserta didik. Misalnya masalah prestasi anak di sekolah atau masalah rencana atau
program pendidikan yang sedang dilaksanakan. Penyampaian masalah ini biasanya
dialkukan dengan menggunakan metode wawancara langsung. Metode ini membutuhkan
ketrampilan dalam mengadakan wawancara. Selain membutuhkan kesabaran dan
ketelitian yang ekstra hendaknya sudah dipersiapkan pertanyaan yang akan
ditanyakan atau di diskusikan dengan orangtua peserta didik. Ada tatacara
dalam menyampaikan persoalan/problem peserta didik kepada orangtua. Di
antaranya; pihak sekolah tidak boleh mengutarakan secara frontal masalah yang
ada di sekolah akan tetapi sebelumnya terlebih dahulu menyebutkan tentang
keberhasilan anak didik di sekolah atau keberhasilan program-program sekolah
yang telah dilaksanakan. Setelah selesai mengutarakan keberhasilan-keberhasilan
yang telah dicapai baru pihak sekolah mengutarakan kekurangan-kekurangan yang
memerlukan dukungan dari orangtua peserta didik.
5.
Kelima; terakhir dari teknik
pelaksanaan home visit ini adalah pihak sekolah memberikan kesempatan
kepada orangtua peserta didik untuk memberikan tanggapan dan harapan kepada
sekolah. Masukan (saran) dari orangtua peserta didik ini sangat diperlukan
dalam rangka pengembangan sekolah ke depan. Kemudian pihak sekolah menyaring
semua respon yang telah diutarakan oleh orangtua peserta didik agar dapat
digunakan untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan atau program sekolah dalam rangka
memenuhi harapan orangtua peserta didik.
Kegaiatan home visit ini merupakan kegiatatan
humas yang dapat memberikan umpan balik (feed back) dari orangtua
peserta didik kepada pihak sekolah. Kegiatan home visit ini secara
langsung melibatkan orangtua peserta didik berpartisipasi dalam pengembangan
dan peningkatan mutu pendidikan sekolah. Mengenai bentuknya dapat berupa moral,
bantuan tenaga, pemikiran atau berupa bantuan material yang tentunya
disesuaikan dengan kemampuan masing masing orangtua peserta didik.Dengan
demikian, tujuan sekolah dengan program home visit-nya akan dapat
tercapai dengan baik. Melalui kunjungan rumah ini pula, pendidik akan
mengetahui secara utuh kegiatan peserta didik ketika berada di rumah. Apabila
peserta didik dapat diketahui secara totalitas aspek kepribadiaannya maka
program pendidikan akan mudah dilaksanakan termasuk kesulitan belajar peserta
didik dapat teratasi , (Indrafachrudi;1994:69).
B. Membuat Kuesioner untuk
Orang Tua
Kuisioner yaitu cara pengumpulan data tentang
anak,dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada orang tua murid.Salah
satu contoh kuisioner yang kami buat yaitu kuisioner untuk orang tua yang
mempunyai anak autisme.M-Chat (Modified Checklist for Autism in Toddlers)
adalah daftar pertanyaan yangdapat digunakan sebagai pegangan orang tua atau
terapis untuk menentukan derajat spektrum autisme anak. Berikut adalah
pertanyaan penting bagi orang tua :
1.
Apakah
anak anda senang di ayun?
2.
Apakah
anak anda tertarik bermain dengan anak lain?
3.
Apakah
anak anda suka memanjat barang-barang, naik tangga?
4.
Apakah
anak anda senang "ci luk ba"?
5.
Apakah
anak anda pernah bermain pura2 melakukan sesuatu, misalnya bicara di telepon
atau memelihara anak dengan boneka, main dokter-dokteran?
6.
Apakah
anak anda menggunakan telunjuk untuk menunjuk saat minta sesuatu?
7.
Apakah
anak anda menunjuk untuk memperlihatkan perhatiannya pada sesuatu?
8.
Apakah
anak anda bermain sewajarnya, dengan mainan kecil seperti mobil-mobilan, balok
kayu, dsb. Lebih dari sekedar gigit-gigit dan banting-banting?
9.
Apakah
anak anda pernah memperlihatkan/membaca benda untuk diperlihatkan ke orang
tuanya?
10. Apakah anak anda bisa
melihat anda ke mata lebih dari satu, dua detik?
11. Apakah anak anda nampak
terlalu sensitif terhadap kebisingan (sering menutup telinga)?
12. Apakah anak anda memberi
senyum balasan atas senyuman anda?
13. Apakah anak anda bisa
menirukan ekspresi wajah anda misalnya senyum atau merengut?
14. Apakah anak anda menjawab
panggilan namanya?
15. Apabila anda menunjuk ke
suatu benda/mainan, apakah anak anda mengikuti dengan pandangannya?
16. Apakah anak anda bisa
ikut melihat ke benda yang anda lihat?
17. Apakah anak anda
menggerakkan jari dengan cara yang tidak biasa di dekat mukanya?
18. Apakah anak anda mencoba
menarik perhatian anda pada aktivitasnya?
19. Pernahkah anda berfikir,
bahwa anak anda tuli?
20. Apakah anak anda memahami
yang dikatakan orang?
21. Apakah anak anda
menunjukkan pandangan kosong atau mondar mandir tanpa tujuan?
22. Apakah anak anda melihat
ke wajah anda untuk mengetahui adanya reaksi saat menemui sesuatu yang aneh?
Apabila jawabannya lebih banyak "tidak",
maka sebaiknya berkonsultasi dengan profesional yang ahli dalam perkembangan
anak atau mendalami bidang autisme. (Dwi Retno).
C.
Komunikasi tertulis untuk orang tua
Beberapa macam Komunikasi
tertulis adalah membaca dan menulis. Kedua ragam komunikasi tertulis
ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, saling terkait erat. Seseorang
membaca suatu teks karena ada yang menulis.
Sebaliknya, seseorang menulis karena ingin menyampaikan ide,
informasi, atau perasaannya kepada orang lain. Tulisannya itu berisi pesan yang akan
dibaca baik oleh orang lain ataupun dirinya sendiri, seperti buku harian.
komunikasi tertulis telah
dikenal anak sebelum mereka masuk sekolah. Keluarganya membacakan sesuatu (cerita,
surat atau label makanan, misalnya), dan anak mengamati
mereka membaca. Anak-anak pun belajar membaca (baca:
seperti atau pura-pura membaca) tanda-tanda dan tulisan lainnya
yang terdapat dilingkungannya. Mereka bereksperimen dengan tulisan (dalam bentuk
coretan) dan meminta orang tuanya menuliskan sesuatu untuk mereka. Mereka juga
mengamati bagaimana orang tuanya menuliskan sesuatu.
komunikasi tertulis adalah
penyampaian dan penerimaan pesan yang menggunakan tulisan sebagai
sarananya. Adapun tulisan adalah suatu sistem komunikasi manusia yang menggunakan
tanda-tanda yang dapat dilihat (Barton, 1994:110). Secara sederhana, tulisan
adalah wakil atau gambaran dari komunikasi lisan yang dituangkan ke dalam tanda-tanda
yang dapat dibaca atau dilihat dengan nyata. Oleh karena itu pula, segenap
unsur yang tertuang dalam tulisan mencerminkan atau melambangkan unsurunsur
yang mewakili komunikasi lisan.
Berkomunikasi dengan orangtua merupakan salah satu
tanggung jawab pendidik. Demikian juga dengan orangtua, mereka perlu menjalin
komunikasi dengan pendidik. Komunikasi timbal balik ini akan sangat efektif
untuk memberikan layanan yang berkualitas kepada anak usia dini. Orangtua
dan pendidik saling berbagi informasi baik mengenai program lembaga maupun
tentang individual anak.
Komunikasi tertulis dapat berupa memo,surat, e-mail,
faksimele, bulletin dan lain sebagainya yang ditransfer melalui tulisan atau
simbil pada sebuah media. Menurut Robbins (2003) jenis komunikasi itu digunakan
karena berwujud dan dapat diverifikasi di pengadilan maupun sebagai bukti
administrasi keuangan. Pada umumnya, pihak pengirim dan penerima mempunyai
arsip yang dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu. Adapun kekuranggannya
adalah menghabiskan banyak waktu, baik ketika menulis pesan maupun mendapatkan
feedback sebuah surat. Biasanya untuk mendapatkan balasan dari pihak yang
bersangkutan dibutuhkan waktu lebih dari dua hari untuk mendapatkan balasan
dari pihak yang bersangkutan.
Contoh-contoh komunikasi tertulis untuk orang tua
Biasanya orang tua mempunyai waktu sebentar untuk
berbicara dengan guru ketika mereka mengantar dan menjemput anaknya. Untuk itu
perlulah komunikasi tertulis untuk orang tua.contohnya surat email dan surat
menjaga komunikasi antara guru orang tua tetap hidup.orang tua merasa
dihormati dan dihargai bila para guru kirim email kepada mereka mengenai
kemajuan yang sedang dilakukan anak mereka atau bagaimana anak mereka menolong
anak lain,memecahkan masalah,atau mengatasi tantangan yang berat sekali,dan ada
pula pesan pesan yang tertulis yang berbentuk surat yang diberikan guru
kepada orang tua.surat tersebut dapat berisi pesan pesan tentang perkembangan
kemajuan anak,kelebihan maupun kelemahan anak.
Keluarga
suka menerima berita tentang apa yang dilakukan anak mereka,tentang kemajuan
atau kemunduran yang sedang dialami anak.
terima kasih, sangat membantu
BalasHapus