Pentingnya Pendidikan Karakter pada
anak sejak usia dini ,
BAB I
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu misi mewujudkan visi bangsa Indonesia masa
depan telah termuat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yaitu mewujudkan
sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna
memperteguh akhlak mulia , kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas,
sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, berketerampilan serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia
Terlihat dengan jelas GBHN mengamanatkan arah kebijakan di bidang pendidikan
yaitu: meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga
kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama
dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti
agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan: memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan sarana yang memadai memadai.
agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan: memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan sarana yang memadai memadai.
Sementara itu, UU 20 2003 tentang Sisdiknas menyatakan
bahwa Pendidikan Nasional Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal
upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum
yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa
memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal tersebut baru disadari
ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak
terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya
krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui pendidikan karakter
bangsa. Dalam pemberian pendidikan karakter bangsa di sekolah, para pakar
berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang berkembang. Pertama, bahwa
pendidikan karakter bangsa diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata
pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan karakter bangsa diberikan secara
terintegrasi dalam mata pelajaran yang relevan. Pendapat ketiga, pendidikan
karakter bangsa terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini ialah :
1. Mengetahui pengertian pendidikan karakter
2. Mengetahui bentuk-bentuk Pembelajaran Terpadu Yang
Berkarakter
3. Mengetahui seberapa penting pendidikan karakter pada usia dini
4. Mengetahui peran guru dalam pendidikan karakter
1.3 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah
makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari pendidikan karakter ?
2. seberapa penting pendidikan karakter pada usia dini ?
1.4 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dalam
makalah ini adalah mengurai bentuk-bentuk pembelajaran terpadu yang berkarakter
serta mengkritisi seberapa penting adanya pendidikan karakter pada anak usia
dini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat
sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan
sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai
sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi). Anak
harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan.
Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar, yaitu: (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembang-kan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.
Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar, yaitu: (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembang-kan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter
mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan
nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang
tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai
dengan kaidah moral disebut dengan karakter mulia.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanman nilai nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut. Semua komponen (pemangku pendidikan) harus
dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh
warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai
suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan
aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).
Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak
akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan
berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini
adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena
seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan
kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari
nilai-nilai luhur universal, yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap
ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah,
diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong
dan gotong royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh,
kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan,
karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara
sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good,
feeling the good, dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan
sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus
ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai
kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu
kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku
kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa
melakukan kebajikan, maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang
dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini
mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait
lainnya.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang
sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk
pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga
negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang
baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum
adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya
masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itudalam konteks pendidikan diIndonesia adalah pedidikan
nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa
Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.
Pendidikan karakter berpijak dari karakterdasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat
absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule.
Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai nilai dasar karakter tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai
karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam
dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli,
dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah,
keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan
cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri
dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung
jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan
punya integritas. Penyelenggaraan kearakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter
dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau
lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan
kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas
pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan
tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya
kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai
kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala
tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu,
lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda
diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta
didik melalui peningkatan intensitas dan dan kualitasnya
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan
pendapat diantara mereka tentang pendekatan dan modus pendidikannya.
Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan
pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti: pendekatan
perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan
klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan
tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri
peserta didik.
Ki Hadjar Dewantara dari Taman Siswa di Yogyakarta bulan Oktober 1949 pernah
berkata bahwa "Hidup haruslah diarahkan pada kemajuan, keberadaban,
budaya, dan persatuan”. Sedangkan menurut Prof. Wuryadi, manusia pada dasarnya
baik secara individu dan kelompok, memiliki apa yang jadi penentu watak dan
karakternya yaitu dasar dan ajar. Dasar dapat dilihat sebagai apa yang disebut
modal biologis (genetik) atau hasil pengalaman yang sudah dimiliki (teori
konstruktivisme), sedangkan ajar adalah kondisi yang sifatnya diperoleh dari
rangkaian pendidikan atau perubahan yang direncanakan atau diprogram.
2.2 PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA
USIA DINI
Pendidikan karakter pada anak usia dini , dewasa ini sangat di perlukan di
karenakan saat ini Bangsa Indonesia sedang mengalami krisis karakter dalam diri
anak bangsa. Karakter di sini adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang , bepikir, bersikap
dan bertindak. Kebajikan tersebut berupa Sejumlah nilai moral, dan norma,
seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat pada orang lain,
disiplin, mandiri, kerja keras, kreatif.
Berbagai permasalahan yang melanda bangsa belakangan ini ditengarai karena jauhnya
kita dari karakter. Jati diri bangsa seolah tercabut dari akar yang
sesungguhnya. Sehingga pendidikan karakter menjadi topik yang hangat di
bicarakan belakangan ini. Menurut Prof Suyanto Ph.D karakter adalah cara berpikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan
tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.
Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan,
kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar
pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga
berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa
yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa
serta agama.
Pendidikan karakter di nilai sangat penting untuk di
mulai pada anak usia dini karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan
yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan
akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Nilai-nilai positif dan yang seharusnya
dimiliki seseorang menurut ajaran budi pekerti yang luhur adalah amal saleh,
amanah, antisipatif, baik sangka, bekerja keras, beradab, berani berbuat benar,
berani memikul resiko, berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan
bertaqwa, berinisiatif, berkemauan keras, berkepribadian, berpikiran jauh ke
depan, bersahaja, bersemangat, bersifat konstruktif, bersyukur, bertanggung
jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdas, cermat, demokratis, dinamis,
efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria, komitmen,
kooperatif, kosmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, manusiawi,
mawas diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan,
menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah,
pengabdian, berpengendalian diri, produktif, rajin, ramah, rasa indah, rasa
kasih sayang,rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa percaya diri,
rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental,
sikap adil, sikap hormat, sikap nalar, sikap tertib, sopan santun, sportif,
susila, taat asas, takut bersalah, tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat
janji, terbuka, ulet, dan sejenisnya.
Sejatinya pendidikan karakter ini memang sangat penting dimulai sejak dini.
Sebab falsafah menanam sekarang menuai hari esok adalah sebuah proses yanng
harus dilakukan dalam rangka membentuk karakter anak bangsa. Pada usia
kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat
menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 50 persen variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah
terjadi ketika anak berusia empat tahun. Peningkatan 30 persen berikutnya
terjadi pada usia delapan tahun, dan 20 persen sisanya pada pertengahan atau
akhir dasawarsa kedua.
Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam
keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.
Setelah keluarga, di dunia pendidikan karakter ini sudah harus menjadi ajaran
wajib sejak sekolah dasar.
Anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib
bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan
sangat menentukan karakter bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak akan
terbentuk dengan baik, jika dalam proses tumbuh kembang mereka mendapatkan
cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
* Pengertian pendidikan karakter
Ppendidikan karakter suatu sistem penanaman nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
Ppendidikan karakter suatu sistem penanaman nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
*.
Pendidikan karakter
pada anak usia dini di nilai sangat penting karena anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa di kemudian
hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan
karakter bangsa di kemudian hari. Pada usia kanak-kanak atau yang biasa
disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat
menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 50 persen variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah
terjadi ketika anak berusia empat tahun. Peningkatan 30 persen berikutnya
terjadi pada usia delapan tahun, dan 20 persen sisanya pada pertengahan atau
akhir dasawarsa kedua. Pada usia inilah proses pendidikan karakter di mulai proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan
nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti
luhur. Nilai-nilai positif dan yang seharusnya dimiliki seseorang menurut
ajaran budi pekerti yang luhur adalah amal saleh, amanah, antisipatif, baik
sangka, bekerja keras, beradab, berani berbuat benar, berani memikul resiko,
berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertaqwa,
berinisiatif, berkemauan keras, berkepribadian, berpikiran jauh ke depan,
bersahaja, bersemangat, bersifat konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab,
bertenggang rasa, bijaksana, cerdas, cermat, demokratis, dinamis, efisien,
empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria, komitmen, kooperatif,
kosmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, manusiawi, mawas
diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan,
menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah,
pengabdian, berpengendalian diri, produktif, rajin, ramah, rasa indah, rasa
kasih sayang,rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa percaya diri,
rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental,
sikap adil, sikap hormat, sikap nalar, sikap tertib, sopan santun, sportif,
susila, taat asas, takut bersalah, tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat
janji, terbuka, ulet, dan sejenisnya.
.
3.2 SARAN
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna , oleh karena itu Prnulis sangat mengharap kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca dan dosen pembimbing , agar dalam
pembuatan makalah ke depannya dapat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, 2001
Anonimous, 2000
Bahan Dasar Peningkatan Wawasan Keagamaan (Islam) Guru
Bukan Pendidikan Agama SLTP dan SMA, Depdiknas Dirjen Dikdasmen Bagian Proyek
Peningkatan Wawasan Keagamaan Guru, Jakarta.
Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah, Yogyakarta : Penerbit Diva Press.
Draf Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa, Jakarta : Kemendiknas.
Jamal Ma’mur Asmani, 2010
Jerowaru Lombok Timur, 28 Oktober 2011
Kemendiknas, 2010
Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan Siswa Melalui Mata
Pelajaran Umum, Gema PWKGA Edisi April 2001 : 1 - 5.
Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,
Pedoman Sekolah, Jakarta : Kemendiknas
hasil analisis
artikel
1. Hasil
analisis dari segi penulisan artikel
Pada
penulisan artikel terdiri dari judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, bagian inti pembahasan, penutup
(simpulan dan saran ), daftar rujukan. Namun didalam artikel diatas unsur
unsur yang terdapat pada artikel tidak terpenuhi contohnya nama penulis, abstrak,
kata kunci maupun saran yang terdapat pasa penutup.
2.
Hasil analisis dari segi Kata
Pada artikel di atas terdapat
beberapa kesalahan dasar penulisan kata dan pemanfaatan kata dasar. Kata
imbuhan ‘di’ yang seharusnya ditulis sambung, di sini dituliskan secara
terpisah Pengulangan kata banyak terjadi di dalam sebuah kalimat.
Pada bagian isi, paragraf sembilan
ditulis diindonesia seharusnya di indonesia.
Kesalahan
tersebut terdapat di paragraf sebelas dalam penulisannya
“ ajar adalah kondisi
yang sifatnya diperoleh dari rangkaian pendidikan atau perubahan yang direncanakan atau diprogram.”
Seharusnya
ditulis seperti dibawah ini :
“ ajar adalah kondisi yang sifatnya diperoleh dari
rangkaian pendidikan ,perubahan yang direncanakan atau diprogram.”
2. Hasil
analisis dari segi Kalimat
Pada kalimat pertama paragraf pertama terdapat tiga kata konjungsi ‘dan”
Pada bagian isi paragraf pertama
Pendidikan adalah proses
internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat
orang dan masyarakat menjadi beradab.
Dapat
ditulis seperti dibawah ini :
Pendidikan adalah proses
internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat mereka
menjadi beradab.
Penggunaan tulisan yang diserap dari
bahasa asing
Pada bagian isi paragraf kedua
Menurut
Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes),
perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah
laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya
dikatakan orang berkarakter jelek
Seharusnya :
Menurut
Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes),
perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai
dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku
jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek
3. Hasil
analisis dari segi Kesatuan Alinea
Alinea
adalah seperangkat kalimat yang tersusun logis dan sistematis yang merupakan
satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang
tersirat dalam keseluruhan karangan. Dengan demikian, tidak ada sebuah kalimat
pun dalam paragraf yang tidak membicarakan ide pokok. Ide pokok alinea pertama
adalah pengertian pendidikan. Ide pokok alinea kedua adalah pengertian karakter
. Ide pokok alinea ketiga adalah pengertian pendidikan karakter . Ide pokok
alinea keempat adalah sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai
luhur universal. Namun demikian, masih terdapat beberapa kalimat yang tidak
menciptakan kesatuan alinea. Hal ini dapat kita lihat pada baris akhir alinea
pertama dan baris awal alinea ketiga.
4. Hasil
analisis dari segi Topik
Topik yang
dibicarakan pada artikel di atas jelas, yakni Pentingnya Pendidikan Karakter pada anak sejak
usia dini. Setiap
kalimat berisi informasi mengenai topik utama.
5. Hasil
analisis dari segi Isi Artikel
Isi artikel
yang dibicarakan mendukung topik utamanya. Meskipun banyak kesalahan menurut
tata bahasa Indonesia, namun untuk sebuah artikel yang sederhana seperti ini,
cukup mengandung informasi yang penting. Pembaca mendapatkan informasi tentang
hubungan pengertian pendidikan karakter dan pentingya pendidikan
karakter bagi anak usia dini.
6. Hasil analisis dari segi Logika
Artikel ini
lebih logis ,penggunaan kata dan pola kalimat lebih baik, sehingga kita dapat
menangkap maksud dari setiap kalimat yang ditulis. Namun demikian, masih banyak
celah yang dimiliki artikel ini sehingga masih memerlukan perbaikan penulisan,
agar sesuai dengan Ejaan Yang Disesuaikan.
\
menurut saya informasi yg anda buat sudah bagus dan perlu di perbanyak isi informasinya ....
BalasHapus
BalasHapusLegendaQQ.Net
Pilihan Terbaik Untuk Permainan Kartu Sang
LEGENDARIS !!!
Min Depo 20Rb !!!
Kartu Para Sang LEGENDA !!!
WinRate Tertinggi !!!
Kami Hadirkan 7 Permainan 100% FairPlay :
- Domino99
- BandarQ
- Poker
- AduQ
- Capsa Susun
- Bandar Poker
- Sakong Online
Fasilitas BANK yang di sediakan :
- BCA
- Mandiri
- BNI
- BRI
- Danamon
Tunggu apalagi Boss !!! langsung daftarkan
diri anda di Legenda QQ
Ubah mimpi anda menjadi kenyataan bersama
kami !!!
Dengan Minimal Deposit dan Raih WD sebesar"
nya !!!
Contact Us :
+ live chat : legendapelangi.com
+ Skype : Legenda QQ
+ BBM : 2AE190C9
LEGENDAQQ.NET
BalasHapusKami Hadirkan Permainan Baru 100% FAIR PLAY Dari Legendaqq.Net. :) 1 ID Untuk 8 Games :
- Domino99
- BandarQ
- Poker
- AduQ
- Capsa Susun
- Bandar Poker
- Sakong Online
- Bandar 66
Nikmati Bonus-Bonus Menarik Yang Bisa Anda Dapatkan Di Situs Kami LegendaQQ.Net. info Situs Resmi, Aman Dan Terpercaya ^^ Keunggulan LegendaQQ.Net :
- Tingkat Persentase Kemenangan Yang Besar
- Kartu Anda Akan Lebih Bagus
- Bonus TurnOver Atau Cashback Di Bagikan Setiap 5 Hari
- Bonus Referral Dan Extra Refferal Seumur Hidup
- Minimal Deposit & Withdraw Hanya 20.000,-
- Tidak Ada Batas Untuk Melakukan Withdraw/Penarikan Dana
- Pelayanan Yang Ramah Dan Memuaskan
- Dengan Server Poker-V Yang Besar Beserta Ribuan pemain Di Seluruh Indonesia,
- LegendaQQ.Net Pasti Selalu Ramai Selama 24 Jam Setiap Harinya.
- Permainan Menyenangkan Dengan Dilayani Oleh CS cantik, Sopan, Dan Ramah.
Fasilitas BANK yang di sediakan :
- BCA
- Mandiri
- BNI
- BRI
- Danamon
Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At LegendaQQ.Net ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : 2AE190C9
- Facebook : LegendaqqPoker
Link Alternatif :
- www.legendaqq(dot)net
- www.legendaqq(dot)org
- www.legendapelangi(dot)com
NB : untuk login android / iphone tidak menggunakan www dan spasi ya boss ^_^